PERKEMBANGAN PESANTREN DARI MASA KE MASA

PERKEMBANGAN PESANTREN DARI MASA KE MASA

Pesantren merupakan lembaga pendidikan- proses pembelajaran yang tersistem  dan terorganisir- yang paling lama keberadaannya. Di Indonesia kita mengenal pesantren pada era perjuangan Wali songo, dimana setiap wali mempunyai murid yang menginap,bermukim. Antara lain Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat dsb. Sehingga istilah Pondok juga berasal dari Bahasa Arab, kata Alfunduk= hotel/ kamar-kamar. Sedang kata  santri berasal dari bahasa Sansekerta Sashtri= orang yang membawa kitab suci, sebagaimana para bhiksu. Ada pula yang berpendapat dari kata Cantrik, orang yang melayani / mendampingi  para bhiksu.

Bagaimanakah perkembangan Pesantren mulai dari awal munculnya dimasa Wali Songo hingga saat ini dimasa canggihnya tehnologi.

Kita bisa memilah perkembangan tersebut dalam empat segi: Arsitektur bangunan, materi, peran dan manajerial. Karena ternyata keempat hal tersebut mengalami perubahan yang bisa dilihat dan dirasakan.

  1. Segi arsitektur bangunan

Di awal tumbuhnya pesantren hanya sebuah berupa bangunan kecil, semacam padepokan. Terbuka dengan alam, beratap genteng, beralas tanah, kamar dan aula menjadi satu.  yang dihuni beberapa santri.ini terjadi abad 16-17, di era wali songo.

Dimasa pasca Wali songo,abad 19, bangunan mulai agak besar, sudah dipisahkan antara aula dan kamar santri. Segi bangunan sudah ada perkembangan,meski bahan dasar gedung masih belum berkembang, atap genteng, dinding kayu, alas tanah. karena jumlah santri mulai banyak,berasal dari berbagai daerah, bahkan lintas pulau. di Lamongan pesantren yang tua adalah Pondok  Yai Bakir Paciran, Pondok yai Abdul Hadi ayah yai  Faqih Langitan Tuban.

Dari dua pesantren  tersebut menyebar santri-santrinya mengembangkan Islam ke banyak daerah.

Pada akhir abad 19, Bangunan sudah mulai berupa gedung, dikelompokkan perkamar, tersedia aula tersendiri untuk jama’ah dan mengaji, lantai sudah berbahan semen, behitu pula dindingnya.

Awal abad 20 memasuki era modern,pesantren sudah berupa gedung dengan arsitektur yang indah. Sudah lebih dari satu lantai, alas keramik. Sudah berkembang disamping gedung asramauntuk penginapan,juga teersedia gedung  untuk madarsah/lembaga formal.

 

  1. Segi Materi yang disampaikan
  • Masa Wali Songo
    • Setelah Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia, penyampaian syariat aqidah dipesantren sudah menggunakan ilmu aslinya,menggunakan kitab-kitab kuning. Yang setiap  pesantren mempunyai materi yang berdiri sendiri. Belum ada kelas-kelas tertentu. Secara umum yang disajikan adalah Ilmu Nahwu (mulai Jurumiyah hingga Alfiyah Ibnu Malik),Fiqih (mulai fathul Qorib hingga Fathul Wahab),kemudia diperdalam dengan Faroidl, Usuhul Fiqih,tafsir,Hadist dsb.
  • Abad 19
    • masa berkembang pesatnya agama Hindu ditandai dengan kejayaan Majapahit di Jawa yang menguasai 2/3 dunia. Maka karena kecerdasan,kreatifitas,kebijaksanaan para waliyullah,mengakulturasikan ajaran aqidah dan syariat Islam dengan budaya lokal. Pernyataan ini diperkuat dengan beberapa ajaran,kegiatan antara lain: Ajaran Molimo Sunan Ampel (mo madon/tidak berzina,mo maling/tidak mencuri, mo main/ tidak berjudi, mo minum/tidak mimum arak, mo madat/tolak narkoba) ajaran dengan istilah yang merakyat. Kesukaan terhadap pertunjukan wayang, oleh Sunan Kalijaga dibuatkan Wayang dengan kisah-kisah islami,dan para lakon Semar Petruk Gareng, Oleh Sunan Bonang dibuatkan alat musik pengiringnya seperangkat gamelan, yang bunyi dasarnya adalah ning… nang… ning… nang… nong… ndang.. ndang… ndang… ngang… Gung. Yang bermakna nang kono nang kene( kesana-kesini) silahkan beraktifitas, tapi begitu usai ndang –ndang (segeralah) ke yang Maha Agung (gung…). Oleh Sunan Drajat dibuat Suluk pujian kepada Allah dalam bentuk lagu.
      Tentang Aqidah keberadaan Allah dan siklus hidup manusia diciptakan Tembang Macapat yang terdiri dari: Maskumambang, Mijil, Kinanti, Sinom, asmarandhana, Gambuh, Dhandanggula, Durma. Dan sebagainya.
  • Abad 20
    • Dimulai akhir abad 19, Materi di pesantren mulai di organisir, sistem klasikal. Ini diperkuat dengan lahirnya UU Sisdiknas tahun 2003 yang mencantumkan tentang pondok pesantren. Yang pada waktu selanjutnya dinamakan Madrasah Diniyyah. Pemerintah mencoba memberikan sumbangsih materi-materi, kurikulum dsb dalam Madin. Namun semuanya kembali kepada Pesantren. Karena dari sejarah dan awal berdirinya pesantren adalah lembaga mandiri yang pemerintah tidak ikut campur tangan secara mendalam.
  • Abad 21
    • Kebijakan pemerintah yang sangat menganggap penting formalitas, legalitas, ijazah. Sehingga banyak jebolan santri  yang ilmu agamanya setinggi langit tidak bisa berkiprah dilembaga pendidikan formal karena tak berijazah.

      Menghadapi kenyataan tersebut,direspon masyarakat untuk menyekolahkan anaknya agar mendapat ijazah dengan tetap mondok untuk menjaga akhlak dan memperdalam ilmu agamanaya. Sehingga di masa ini.Pesantren-pesantren banyak yang mendirikan lembaga formal, mulai dari TPQ, TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,SMA/ MA. Dibeberapa pesantren keberadaan Madrasah Muallimin/Muallimat yang terbentuknya lebih dahulu ,tetap dipelihara.

      Efek yang terasa secara perlahan tapi pasti adalah bergesernya ghiirah semangat santri untuk mengkaji ilmu agama, hanya sekedarnya saja. Apa lagi jika dibandingkan dengan dulu saat pesantren hanya berkonsentrasi pada ilmu agama, atau pesantren salafi. Diperkuat efek  globalisasi,modernisasi yang menghasilkan mental kapitalisme alias kedunyan

     

    1. Segi Peran Pesantren
  • Masa Walisongo
    • Selain pesantren sebagai pusat diproduksinya kader-kader pengembang Islam. Pesantren juga berperan dalam bidang politik. Ini dibuktikan dengan Sunan Ampel  yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa yakni Kerajaan Islam Demak.Sunan Gunungjati yang mendirikan kerajaan Cirebon, Banten dan selanjutnya menguasai Kerajaan Pajajaran.
  • Masa Penjajahan
    • Pesantren yang dengan dasar penjajah adalah kafir dan menjajah, maka berperang melawan mereka adalah jihad fisabilillah. Diperkuat dengan sikap penjajah yang menguras kekayaan alam, menguras energi manusia, menguasai perdagangan dsb.Maka Pesantren sebagai pusat perlawanan terhadap penjajah baik Belanda, Portugis, Inggris, Spanyo, Jepang, Komunis. Dalam sejarah tercatat  ada Perang Imam Bonjol, Perlawanan Diponegoro, dsb. Pada  saat mempertahankan kemerdekaan perlawanan dilakukan dengan  berdasar pada Komando Jihad oleh Hdratus Syekh Hasyim Asy’ari.Juga diperkuat datanya denga dibentuknya satuan tentara  dan organisasi Islam yang dipelopori dari pesantren, dibentuk para kyai. Sebut saja Sarikat Islam, Masyumi,
  • Masa Orde Baru
    • Masa Pemerintahan Presiden Soeharto, peran pesantren menduduki  level bawah, dipandang sebelah mata. Sehingga pesantren menarik diri dari hiruk pikuk politik dan pemerintahan.Pesantren fokus pada bidang pendidikan dan dakwah Islam.
  • Masa akhir abad 19 dan abad 20
    • Pesantren berbenah menghadapi tantangan zaman.Berdiri lembaga pendidikan hingga perguruan tinggi. Output pesantren menjadi terdidik, bertitel. Mental pesantren penampilan educated. Orde baru tumbang, berganti masa reformasi, semua berubah,pesantren dengan santrinya siap berkiprah dimanapun, di birokrasi ok,dipolitik siap,  dimiliter tidak menolak. Bisa kita ambil contoh Pak Nuh yang menjadi Mendiknas, Pesantren dengan bertangan NU mempunyai  partai PKB, dsb.
  • Abad 21
    • Gencarnya tehnologi komunikasi yang tak bisa dihindari. Mempengaruhi pesantren yang tetap dan selalu sebagai ujung tombak dakwah Islam. Pesantren berkiprah dakwah dengan memanfaat tehnologi komunikasi, internet dll.

     

    1. Segi Manajerial

    Dari awal berdirinya pesantren didirikan oleh sosok Kyai. Berartin langkah selanjutnya adalah  sak kerso beliau. Dimulai dari pengaturan personalia tenaga pengajar, administrasi keuangan,konsumsi dsb.

    Di tahun 1980an muncul Pesantren Modern Darussalam  Gontoryang memberikan fenomena baru yang bukan ndalem sentris,melainkan dengan manajemen terbuka. Semua lubang yang berpotensi menghasilkan dana, dikelola dengan terbuka dengan menggunakan SDM yang dimiliki pesantren tersebut, mulai unit Catering,  Bank,Percetakan, minimarket,kesehatan dsb.

    Gayung bersambut, pesantren  salaf membuka dirinya dengan mendirikan lembaga pendidikan formal yang  sangat berkepentingan dengan lembaga lain dan orang banyak, maka digunakanlah menejemen terbuka. Ada laporan keuangan,laporan kegiatan, laporan BOS, Akreditasi dll.

    Pesantren yang dulu terkesan kumuh, jorok, pusat penyakit kulit. Maka sekarang bertaburan peantren yang jernih,bersih, modern, fasilitas mewah dan otomatis mahal. Sebutlah di Jaa Timur adaPesantren Ar Risalah Lirboyo yang saat pertama masuk  harus merogoh saku 34 Juta rupiah. Tiap bulan ada juga pesantren yang  perlu dana hingga 9 juta rupiah. Namun pesantren dengan  rasa jendral harga kopral pun masih banyak kita temui. Ya contohnya di PP. Roudlotul Qur’an ini.

    Jika dulu pesantren menerapkan kemandirian,kesetiakawanan, keikhlasan, tawadlu dsb yang sangat tinggi. Dengan santri yang masak mandiri dengan berkelompok, makan lengseran, mencuci baju  berkelompok, tidur sebantal berdua, piket kebersihan, ro’an , yang kesemuanya melahirkan kepribadian diatas.

    Sementara sekarang pesantren untuk makan menggunakan sistem catering, cuci baju dengan laundry, tidur dengan bad sendiri-sendiri dsb. Dengan  sistem tersebut apakah masih bisa melahirkan santri yang mandiri, ikhlas, setiakawan dll? Kita lihat saja…

    Akhirnya, Pesantren sebagai ujung tombak dakwah Islam, sebagai benteng moral bangsa tetaplah hingga ini kita pegang. Zaman makin menyesakkan dada, pesantren adalah solusi terbaik back up mental bercasing iman.

    Tlogoanyar, 27 Rajab 1438H

    (Masykurotin Azizah- Guru ngaji di PP. Roudlotul Qur’an)

    Share this post

    Comment (1)

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *