Cerita Inspiratif (Edisi 25-30 Juli 2022)

Cerita Inspiratif (Edisi 25-30 Juli 2022)

SomSe itu Sombong Sekali

Bada subuh nyimak setoran Quran anak-anak. Yang nyantol di kepala saya adalah yang dihafalkan Amanda, juz 5 awal, an Nisa’ 36-37.

Ringkasnya, Sembahlah Allah, jangan menyekutukanNya, berbuat baik pada ortu, kerabat, yatim, miskin, tetangga, musafir dan budak.
Diakhiri dengan justifikasi Tuhan bahwa Dia tidak suka pada sesorang yang sombong plus banggakan diri.
Diberikan deskripsi, yaitu orang yang bakhil, memancing yang lain berbuat serupa, menyembunyikan anugrah Tuhan, Lanjutannya, Allah siapkan orang kafir siksa yang menghinakan.

Salah satu dari catatan ayat tersebut adalah, Korelasikan sombong, bangga diri dengan bakhil kikir. Nyambungkah?
Insya Allah alurnya begini, Saat kita merasa yang ada pada kita, kita peroleh selama ini, ilmu, harta, jabatan, keluarga, teman, itu kita merasa karena jerih payah kita. Itu artinya sombong
Yang nggenah adalah, yang kita peroleh semuanya adalah atas anugerah Tuhan. Karena anugerah Tuhan, maka hanya bersifat nitip Sehingga kita tak berhak memiliki, menyimpan, menahan, menumpuk, yang memunculkan sifat bakhil, kikir. Jadi klik, sombong itu munculkan kikir.
Coba jika mindsetnya dibalik begini Misalkan anugerah Tuhan berupa ilmu pengetahuan Maka kita manfaatkan sebarkan ilmu itu untuk kepentinganNya Tanpa ditahan, disembunyikan, toh memang Dia yang ngasih
Tul kan?!

Jadi mari berhati-hati, ternyata bakhil itu penanda sombong. Dan sombong pada ayat ini disejajarkan dengan syirik, sekutukan Tuhan, karena sandarkan kenikmatan yang kita peluk ini tidak bersumber pada pemilik sejati, Tuhan. And….syirik itu zona kembalinya adalah neraka.

Hati-hati ya, kawan
Stop bakhil, kikir!!
Semua dari Tuhan kan?!
#nis
(aa)

Rumah Ankabut

Pagi ini bertemu anak-anak pada mapel Tafsir Sains alias Tasa, temanya laba-laba sebagaimana dalam surat al Ankabut. “Sesungguhnya paling hinanya rumah adalah rumah laba-laba”
Penasaran, kan?

Secara grafis, tampang rumahnya cakep, unik!!Dalam jejak digital, kekokohan tali rumah laba-laba itu disandingkan dengan baja, entahlah!! Proses bikinnya dari ludahnya yang menghasilkan benang sutra. Kenapa Allah dawuhkan rumah laba-laba itu rumah yang hina?
Secara fungsi sarang itu untuk menjebak musuh yang akan terjerat disarangnya, digigit, dikulum hingga lumat membubur, baru dimakannya.
Secara hakiki rumah itu berfungsi sebagai tempat berlindungnya jiwa dan raga dari rumitnya kondisi luar rumah. Tapi tidak dengan rumah ankabut, untuk menunggu dan menjebak musuh calon makanannya. Rumah laba-laba mudah dirobohkan, begitu kita lagi bersih-bersih rumah, ngliat sarang laba-laba, langsung deh….sriitttt musnah tergerus sapu kita.

Ini Allah mengibaratkan seseorang yang menjadikan perlindung pada selain Allah, seperti laba-laba yang bikin rumah. Tak kokoh, mudah roboh.
Ojo gantungkan harapmu pada selain Allah, kecewa!!
Jadi?
Back to home, baitiii jannatiii, rumah kita itu surga kita…
Back to Allah for all problems, needs, asks
wallahu a’lam
(aa)

Al Maidah 75, Tuhan bermain logika

Saya dengarkan dengan seksama lantunan Hana yang setorkan juz 6. Ngajinya enak, morottal sekali, sehingga saya bisa menikmati dan mencermati ayatnya.

Tentang nabiyullah Isa, yang diTuhankan oleh sebuah kaum, Tuhan gamblangkan perilaku mereka dengan mendawuhkan secara simply kira-kitra begini:
” Isa itu hanyalah seorang rasul (tidak lebih!!) iya, sebagaimana rasul-rasul terdahulu. Coba perhatikan lagi, dia itu mempunyai ibu. Dan lebih nyata lagi, Isa dan ibunya itu makan, kayak kalian. Hal apa yang mendasari kalian untuk menganggapnya Tuhan?”
Setelahnya Tuhan kuatkan lagi logika kaum tersebut dengan logika analogi diriNya dengan sesembahan lain, ” Kenapa kalian menyembaha selain Aku, lha naifnya lagi, dia itu tak memberimu manfaat dan bahaya, sementara Aku tuh maha Tahu dan Mendengar, coba pikir deh!!”
Begitulah,
Kenapa al Quran selalu menjadi pemantik siapapun mempelajarinya, karena satu sisi Quran memberikan pemahaman secara logis.
Shadaqallaahul adhiim

Pertemanan Musa dan Khidlir

Percaya nggak, kalo seseorang yang bersanding sama kita tuh sudah settingan dari Sono. Kita intip saja, ayat dalam tafsir Jalalain yang dibaca Anggel tadi pagi, dalam surat Kahfi, pas pertemuannya Musa dengan Khidlir.
Khasnya itu,Musa yang dikenal dengan ceriwis, kritis, banyak tanya (kekhasan bani Israil), bertemu dan berteman dengan Khidlir dengan satu kontrak ‘no question’, gak boleh bertanya.
Musa harus menahan nafsu bicara dan penasarannya di depan Khidir demi diperolehnya ilmu sebagaimana yang diperintahkan Tuhan untuk pertemuan ini.

Betah dan bertahankah Musa?
TIDAK, pada kejadian pertama, kedua dan ketiga setiap episodenya selalu bertanya dan protes.
Mengapa ini terjadi?
Karena perbedaan level pengetahuan.
Khidlir pada level ‘hakikat’, artinya memandang sesuatu dari dalemnya, hikmahnya apa, impactnya apa. Sementara Musa pada level ‘syariat’, yang lahirnya saja, pemahaman literal, harfiah saja.

Siapa yang lebih benar ?
Keduanya benar pada konteksnya masing-masing.
Ha..ha…
Gitu saja!!
#nisrindu
(aa)

Insya Allahnya nabi Musa

Ini ayat masih tentang Musa yang dibaca Kifni, dan masih tadi pagi serta masih menyimak Tafsir Jalalain.
Saat Musa menemui Khidlir, dengan hipotesa Khidlir menilik keceriwisan Musa bahwa Musa tak akan sabar berteman dengan Khidlir. Apa jawab Musa
” Satajidunii in syaa Allah shaabiran walaa a’shii laka amra “
Nabiyullah Musa ucapkan insya Allah bahwa ia akan sabar dan patuh atas aturan nabi Khidlir.

Dalam tafsiran Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al Mahally dan Jalaludin as Suyuthi, lafadl insya Allah itu adalah tradisi para nabi dan waliyullah.
Kenapa?
Karena para nabi dan wali itu tidak percaya diri dengan kemampuan dan kekuatannya, meski sekejap mata ‘thorfata ain’

Begitulah,
Ternyata lafadl se-ringan insyaa Allah itu mempunyai kandungan yang berbobot.
Menunjukkan ketakberdayaan kita.
Kepasrahan kita akan putusan Tuhan
Meski sekedip mata untuk nasib di depan kita. Para nabi dan wali saja begitu, Apa lagi kita yang selevel wali murid wali kelas wali waa lidayya wa li jamii’il muslimiin

He..he…
Ngapunten, mohon koreksi ya Luurs
(aa)

Share this post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *